Sudut Pandang Masyarakat Terhadap Partai Politik
Oleh : Tasril Jamal, SE. MM. / Ketua LKMPB (Lembaga Kajian Masyarakat Peduli Bangsa)
Di publish tanggal : 7 Mei 2022
Secara manusiawi, kita sebagai makhluk sosial tentunya akan memiliki sikap, pola pikir serta sudut pandang yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa timbul dari latar belakang, sosial ekonomi maupun lingkungan masyarakat sekitar.
Begitupun juga pandangan, sikap dan pola pikir masyarakat terhadap partai politik, tentunya akan berbeda juga.
Bila kita coba mencermati kondisi saat ini, masyarakat sepertinya cenderung kurang begitu tertarik, pasif, masa bodoh bahkan ada yang tidak percaya dengan partai politik.
Untuk membuktikan hal tersebut, para aktivis partai politik dapat melakukan survei terhadap kondisi masyarakat tersebut, hal ini dinilai penting dilakukan sebagai bahan evaluasi, untuk mengantisipasi atau menghindari langkah-langkah yang sebelumnya kurang tepat dilakukan.
Namun di lain sisi, masih cukup banyak juga masyarakat yang cerdas, perduli, percaya dan berharap bahwa partai politik dapat menjadi kekuatan luar biasa yang bisa mendorong laju roda pembangunan bergerak kearah yang jauh lebih baik.
Masyarakat yang cerdas dan peduli, akan mencoba membangun komunitas untuk mendorong partai politik agar menjadi bagian yang menyatu dengan harapan masyarakat. Yaitu partai politik yang di dalamnya cukup banyak tergabung kader-kader yang sudah terbukti memiliki loyalitas, dedikasi, kepedulian serta keberanian yang tinggi dalam menyikapi kebijakan pemerintah yang dipandang kurang ada keberpihakan kepada masyarakat, serta partai politik yang memiliki kader-kader yang tidak mengedepankan kepentingan pribadi, kelompok maupun agama.
Dua tahun lagi, masyarakat Indonesia akan kembali merayakan pesta demokrasi. Namun yang menyedihkan adalah, tingkat kepedulian masyarakat terhadap pesta demokrasi hanya sebesar 40%.
Inilah yang harus diperhatikan, Dari jauh-jauh hari sebelumnya, pola pikir, sudut pandang atau sikap kurang perduli masyarakat terhadap partai politik secara perlahan harus sudah mulai diluruskan. Masyarakat perlu tahu bagaimana perjalanan partai politik di Indonesia dalam membangun negeri, dan bagaimana perjalanan pesta demokrasi di negeri ini mulai dari Pemilu pertama di Era parlementer (tahun 1955), Era Orde Baru (pemilu kedua 1977), Era Reformasi (tahun 1999-sekarang), dimana rakyat dapat memilih Presiden Republik Indonesia pilihannya secara langsung.
Pasalnya, Negara kita adalah negara demokrasi yang tidak bisa lepas dari kekuatan partai politik, artinya, kekuatan partai politiklah yang mendominasi sekaligus mempengaruhi kebijakan-kebijakan pembangunan dari tingkat daerah sampai tingkat pusat.
Tidak dapat dipungkiri, negara ini memerlukan partai politik sebagai kontrol jalannya pemerintahan. Namun, jangan sampai demokrasi di negeri ini dirusak oleh sistem Oligarki yang dikontrol oleh sekelompok elit politik yang membawa kepentingan pengusaha atau kepentingan ekslusif untuk memperkaya kelompok tertentu yang menggerogoti kekayaan negara.
Dengan demikian, bila memang kita merasa menjadi bagian masyarakat yang peduli terhadap perkembangan pembangunan, maka doronglah partai politik yang di dalamnya cukup banyak tampil sosok-sosok yang memiliki dedikasi, cerdas, aspiratif dan berani menyikapi kebijakan pemerintah yang dipandang kurang ada keberpihakan kepada masyarakat.
Pertanyaannya, adakah sosok-sosok tersebut di dalam partai politik saat ini?
Jawabannya, pasti ada, bahkan cukup banyak anggota legislatif yang tampil cerdas, aspiratif dan berani dengan lantang menyuarakan kepentingan masyarakat tanpa melihat latar belakang, kelompok maupun golongan.
Bila dirasa masih kurang, mari kita sebagai masyarakat yang perduli terhadap kemajuan negeri ini untuk terus mendorong agar mereka terus lantang menyuarakan kepentingan masyarakat, karena bagaimanapun juga mereka dipilih oleh rakyat, untuk menyuarakan kepentingan rakyat.
Karena sejatinya yang mempengaruhi maju mundurnya roda pembangunan, sangat dipengaruhi oleh sudut pandang, pola pikir serta sikap kita terhadap partai politik itu sendiri. Jangan sampai kita menjadi warga negara yang pragmatis.
Karena bila kita pragmatis, pasif dan masa bodoh terhadap partai politik, maka akan sangat sulit laju roda pembangunan bergerak sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu untuk membangun kekuatan dan kepercayaan di mata masyarakat, yang paling penting adalah adanya kedekatan antara anggota dewan dangan mastarakat di dapilnya sendiri. Sehingga menghasilkan sinergi dan tersalurkannya aspirasi konstituen. Jadi, secara tidak langsung warga pun dapat berinteraksi dan mengerti perihal adat-istiadat politik.
No Comments