AS-Iran Semakin Menegang Diikuti Harga Minyak Yang Meroket

Dian Ardiansyah Aug 8, 2018 0 Comments
AS-Iran Semakin Menegang Diikuti Harga Minyak Yang Meroket

BisnisPro.Id – Harga minyak melonjak naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu, 8/8) setelah sanksi-sanksi AS atas Iran mulai berlaku. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa sanksi terhadap minyak Iran, diperkirakan pada November nanti dapat menyebabkan kekurangan pasokan.

Patokan global minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober bertambah 0,90 dolar AS atau 1,2 persen menjadi menetap di 74,65 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah mencapai level tertinggi sesi sebesar 74,90 dolar AS.

Sementara itu, patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September tercatat naik 0,16 dolar AS atau 0,20 persen menjadi ditutup di 69,17 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, turun dari level tertinggi awal sesi 69,83 dolar AS.

Melansir dari Reuters, Gedung Putih menyatakan pada Senin (6/8), bahwa Amerika Serikat akan memberlakukan kembali sejumlah sanksi terhadap sektor keuangan dan industri Iran mulai Selasa (7/8).

Sanksi-sanksi oleh AS terhadap anggota OPEC, Iran, secara resmi mulai berlaku pada pukul 00.01 tengah malam waktu setempat. Sanksi-sanksi itu tidak termasuk ekspor minyak Iran. Negara ini mengekspor hampir 3 juta barel per hari (bpd) minyak mentah pada bulan Juli.

Sanksi-sanksi yang menargetkan pembelian dolar AS, perdagangan logam, batu bara, perangkat lunak industri, dan sektor otomotif Iran.

Terhadap sektor energi Iran akan diberlakukan kembali setelah wind-down period 180 hari berakhir pada 4 November.

“Ini tentu mengingatkan kepada semua orang bahwa AS serius tentang sanksi-sanksinya, dan diragukan mereka akan memberikan keringanan,” terang John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.

Seiring dengan ketegangan geopolitik yang dapat mempengaruhi produksi minyak mentah Iran, pedagang juga mengawasi persediaan AS, yang diperkirakan turun 3,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 3 Agustus, menurut analis yang disurvei pada Selasa (7/8).

Minyak mentah berjangka naik tipis dalam perdagangan pasca penyelesaian, dengan WTI pada 69,07 dolar AS per barel, karena data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 6 juta barel pekan lalu.

Harga minyak naik pada awal sesi perdagangan setelah sanksi AS terhadap Iran mulai berlaku, tetapi kenaikannya terbatas karena pelaku pasar tidak memiliki batasan yang jelas tentang seberapa banyak usulan sanksi minyak akan mempengaruhi hasil minyak mentah Iran, tambah Kilduff.

WTI tengah menghadapi resistensi lebih lanjut, kata Kilduff, di tengah laporan kenaikan dalam impor minyak AS dari Saudi.

Presiden AS Donald Trump dalam cuitan dilaman twitternya menyatakan bahwa sanksi-sanksi tersebut merupakan “sanksi-sanksi paling keras yang pernah dikenakan”.

“Siapa pun yang melakukan bisnis dengan Iran, tidak akan melakukan bisnis dengan Amerika Serikat,” tambahnya.

Mayoritas negara-negara Eropa, Tiongkok dan India, menentang sanksi tersebut, tetapi pemerintah AS ingin sebanyak mungkin negara-negara dibelahan dunia untuk berhenti membeli minyak Iran.

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan, negaranya menentang sanksi paman Sam terhadap Iran, tetapi akan mematuhi untuk melindungi kepentingan domestik.

“Pasar terus memperhitungkan risiko geopolitik dari penerapan kembali sanksi-sanksi AS pada Iran,” papar Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

“Laporan-laporan bahwa produksi Arab Saudi menurun pada bulan Juli terus memberikan dukungan untuk pasar.”

Produksi minyak mentah Arab Saudi turun sekitar 200.000 barel per hari pada bulan lalu, atas sumber informasi OPEC yang mengatakan pada Jumat (3/8), meskipun Saudi dan produsen utama Rusia berjanji akan meningkatkan produksi mulai Juli, dengan Arab Saudi menjanjikan peningkatan pasokan yang “terukur”.

Sementara itu, menurut laporan bulanan Badan Informasi Energi AS, produksi minyak mentah AS, yang telah naik secara dramatis didorong oleh peningkatan produksi dari formasi serpih (shale), yang sekarang naik tipis karena penurunan harga.

Produksi AS diperkirakan naik 1,31 juta barel per hari menjadi 10,68 juta barel per hari pada 2018, lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan bulan lalu 1,44 juta barel per hari menjadi 10,79 juta, kata EIA.

“Kami terus perkirakan harga minyak mentah Brent turun menjadi 70 dolar AS per barel pada akhir 2018, karena pasar tampaknya cukup seimbang dalam beberapa bulan mendatang,” ungkap Linda Capuano, Administrator EIA.

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads