Ekspor Migas Indonesia Masih Jadi Katalisator Positif bagi Neraca Perdagangan 

Dian Ardiansyah Oct 17, 2017 0 Comments
Ekspor Migas Indonesia Masih Jadi Katalisator Positif bagi Neraca Perdagangan 

Jakarta, BisnisPro.Id – Pendorong utama surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2017 adalah peningkatan ekspor minyak dan gas yang ditopang oleh kenaikan harga minyak mentah di pasar global.

Dalam laporan risetnya, Senin (16/10/2017), tim analis Indo Premier mengemukakan, harga minyak di pasar global pada September 2017 mengalami kenaikan 12,7% dibandingkan pada Agustus 2017.

Total surplus surplus perdagangan Indonesia pada September 2017 tercatat US$1,76 miliar. Itu lebih besar dari konsensus sebesar US$580 juta dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata surplus bulanan dalam dua tahun terakhir ini.

Sementara itu, nilai impor meningkat 13,1% pada September 2017 dibandingkan pada September 2016. Kenaikan itu dipicu oleh kenaikan impor bahan baku dan barang konsumsi yang masing-masing besarnya mencapai 13,2% dan 13%.

Kendati demikian, total nilai impor pada September 2017 tersebut terlihat turun 5,4% dibandingkan pada Agustus 2017. Itu disebabkan oleh terhambatnya arus impor barang karena adanya penegakan hukum yang dilakukan dalam pemeriksaan barang impor.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengumumkan sekitar 7% impor Indonesia masuk melalui jalur illegal.

Karena itu, tim analis tersebut berharap adanya peningkatan kepatuhan dan kemudahan mengimpor barang di masa depan sehingga dapat mendorong lebih banyak impor barang konsumsi.

Tim analis Indo Premier tersebut yakin bahwa tingkat surplus selama sisa bulan pada 2017 bakal tergantung pada tren harga minyak dan komoditas. Selain itu, besarnya surplus juga dipengaruhi oleh besarnya dampak penyesuaian prosedur kepatuhan terhadap ekspor dan impor.

Pasalnya, semakin dekat akhir tahun, maka porsi belanja impor barang konsumsi kemungkinan semakin besar. Sebenarnya, kenaikan impor barang konsumsi sudah terlihat dari rata-ratanya porsinya terhadap impor non-migas pada 2017 yang mencapai 11%. Itu lebih tinggi dibanding 2015 lalu yang hanya sebesar 9%.

Kenaikan tersebut perlu diimbangi dengan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yakni sekitar 1%. Itu bertujuan agar dapat mendorong ekspor yang lebih besar sehingga neraca perdagangan akan tetap positif hingga akhir 2017. (AS)

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads