Konflik Timur Tengah, Dolar AS dan Harga Properti Naik

Muhammad Kemal Farezy Apr 19, 2024 0 Comments
Konflik Timur Tengah, Dolar AS dan Harga Properti Naik

Tangerang, BisnisPro.id – Konflik baru-baru ini antara Iran dan Israel telah menyebabkan nilai tukar Dolar AS mencapai Rp 16.200, menciptakan ketidakpastian yang berpotensi meningkatkan harga bahan bangunan dan properti jika konflik berlanjut.

Konsultan Properti, Anton Sitorus, mengungkapkan bahwa kondisi ini merupakan faktor eksternal yang tidak dapat diprediksi, mirip dengan masalah geopolitik dan bencana alam.

Oleh karena itu, baik konsumen maupun pengembang diharapkan untuk mengambil langkah-langkah antisipatif dalam menghadapi kemungkinan kenaikan harga rumah.

“Misalnya pembelinya itu memiliki urgensi yang sangat tinggi, kalau melihat kondisi seperti ini mungkin sebaiknya dia harus buru-buru (beli properti) sebelum harganya naik beneran,” ujar Anton pada Rabu (17/4/2024) lalu.

Bagi pembeli yang kebutuhannya belum mendesak, mempertimbangkan untuk menunda pembelian sambil memantau perkembangan situasi dan kondisi ke depannya merupakan pilihan yang bijaksana. Penting bagi konsumen untuk membaca situasi dengan cermat dan merespons kondisi tersebut dengan strategi khusus dalam menghadapi potensi kelanjutan konflik.

“Kondisi perang (dan) kondisi bencana alam istilahnya kan force majeure yang nggak ada yang bisa dilakukan. Dia membeli mesti lebih pintar-pintar dalam strategi terkait urgensi dari kebutuhannya dia sendiri,” Anton menambahkan.

Joko Suranto, Ketua Umum DPP REI dan CEO Buana Kassiti, menyatakan bahwa konflik yang berlanjut dapat memiliki dampak tidak langsung berupa kenaikan harga minyak dunia. Hal ini selanjutnya dapat mempengaruhi biaya produksi bahan bangunan, terutama bagi 185 industri pendukung sektor properti.

“Kalau barangnya sudah jadi, ketika itu menggunakan alat transportasi yang jauh, maka biaya transportasinya itu akan naik, otomatis itu akan memberi dorongan untuk terjadinya kenaikan bahan-bahan di industri rumah,” kata Joko.

Bahan bangunan yang berpotensi untuk mengalami kenaikan harga terutama berasal dari industri pabrik. Industri ini rentan terhadap kenaikan harga bahan bakar, listrik, dan komponen lainnya akibat kondisi perang. Bahan-bahan tersebut meliputi kaca, besi, cat, baja ringan, dan lainnya. Sementara itu, bahan bangunan dari sumber daya alam cenderung tidak terlalu terpengaruh, kecuali terjadi kenaikan biaya transportasi untuk mengirimkan barang-barang tersebut ke lokasi proyek.

Dalam konteks ini, Joko menyarankan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan pembelian rumah sebagai langkah antisipatif terhadap potensi kenaikan harga jika konflik terus berlanjut. Lebih lanjut, konsumen saat ini didukung dengan subsidi bantuan biaya administrasi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads