Perusahaan India Bantu Negosiasi Terkait BEA CPO

Dian Ardiansyah Jul 18, 2018 0 Comments
Perusahaan India Bantu Negosiasi Terkait BEA CPO

Jakarta, BisnisPro.Id – Pengusaha persawitan India berjanji akan membantu Indonesia dalam melobi pemerintah Negeri Taj Mahal untuk menurunkan bea masuk minyak kelapa sawit yang selama ini menjadi ganjalan bagi ekspor RI.

Managing Director Solidaridad Network Asia Limited (SNAL) Shatadru Chattopadhayay mengungkapkan para pengusaha India tengah menjalin komunikasi dengan pemerintah setempat terkait dengan masalah tarif impor tersebut.

“Negosiasi masih berjalan, tapi perlu digarisbawahi, ini bukan hal yang mudah untuk diselesaikan,” ujarnya seusai pertemuan dengan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) di Gedung Kemenko Perekonomian, Senin (16/7/2018).

India baru saja meningkatkan bea masuk minyak sawit dan produk turunannya masing-masing dari 15% dan 25% menjadi 44% dan 54%. Tahun lalu, negara beribukota New Delhi itu menaikkan tarif dua kali lipat sebesar 7,5%.

Shatadru menjelaskan keputusan menaikkan bea masuk minyak sawit merupakan kebijakan Pemerintah India dalam melindungi produsen minyak nabati di negerinya. Namun, dia menyadari, minyak nabati di India belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

“Kami rasa diskusi penurunan tarif akan dilakukan, karena ada keputusan untuk membuat komite bersama dari Indonesian Sustainable Palm Oil [ISPO] dan India National Palm Oil Sustainability Framework [IPOS], yang akan membahas isu penurunan tarif dan secara bersama-sama kami bisa menyampaikan rekomendasi ke Pemerintah India,” tegasnya.

Menurutnya, pengusaha berbasis sawit di India juga akan membantu mempromosikan produk minyak sawit RI di negara Asia Selatan tersebut. Apalagi, mereka mengaku sangat bergantung pada Indonesia untuk memasok minyak sawit dan produk turunannya.

Saat ini India mengimpor 8 juta ton minyak sawit dari Indonesia. Indonesia mendominasi hampir 75% dari pasokan minyak sawit India.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Affandi Lukman mengaku Pemerintah Indonesia masih membicarakan masalah bea masuk India terhadap impor minyak sawit tersebut.

Dia berpendapat kebijakan India tersebut tidak akan efektif untuk membendung impor minyak sawit dari Indonesia, karena minyak sawit Indonesia justru memenetrasi dari negara tetangga India.

“Jadi memang [Pemerintah India] masih mempertimbangkan hal itu, karena minyak sawit RI justru datang dari Nepal. Kan jadinya tidak efektif dan tentu itu bukan tujuan [India] menaikkan tarif,” katanya.

Di sisi lain, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menjelaskan Indonesia juga menerapkan bea keluar tinggi untuk ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), sedangkan India ingin agar tarif tersebut diturunkan, sehingga mereka bisa membeli CPO dengan harga lebih terjangkau.

Sekadar catatan, DMSI baru saja menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan SNAL dan Solvent Extractors Association (SEA) India.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, sejumlah isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut mencakup masalah perdagangan minyak sawit RI—India, sinergi sertifikasi keberlanjutan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan India National Palm Oil Sustainability Framework (IPOS), serta pengembangan peta jalan kerja sama lain.

Presiden SEA India Atul Chaturverdi menambahkan MoU itu akan membuka jalan bagi keberlanjutan perdagangan minyak sawit yang berkelanjutan dalam jangka panjang di kawasan Asia.

“Saya yakin sinergi antara ISPO dan IPOS akan melindungi daya saing industri sawit, meningkatkan kesiapan menghadapi permintaan pasar, dan memenuhi komitmen nasional terhadap produksi dan perdagangan kelapa sawit yang berkelanjutan.”

Seperti diketahui, RI adalah produsen sawit terbesar dunia dengan luas areal perkebunan mencapai 14,3 juta hektare dan produksi sekitar 40 juta ton/tahun. Adapun, India merupakan pangsa pasar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar RI setelah China.

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads