Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Selasa 17 Oktober 2023

Muhammad Kemal Farezy Oct 17, 2023 0 Comments
Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Selasa 17 Oktober 2023

Tangerang, BisnisPro.id – Nilai tukar rupiah pada hari ini, Selasa (17/10/2023), diperkirakan akan kembali melemah sebagai dampak dari eskalasi konflik antara Israel dan Hamas. Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, menyatakan bahwa rupiah diperkirakan akan dibuka dengan fluktuasi, namun ada risiko untuk ditutup melemah dalam kisaran Rp15.710 hingga Rp15.770 per dolar AS.

Menurutnya, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga, seiring data terbaru yang menunjukkan inflasi konsumen dan sentimen yang tetap kuat.

Ibrahim Assuaibi menyoroti fokus minggu ini pada serangkaian pembicara The Federal Reserve (The Fed) dan data ekonomi AS lainnya. Dia menyatakan bahwa suku bunga AS kemungkinan akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, memberikan tekanan pada pasar Asia karena kesenjangan antara imbal hasil yang berisiko dan yang berisiko rendah semakin menyempit.

Berdasarkan data Bloomberg pada 15.14 WIB, Senin (16/10/2023), nilai tukar rupiah ditutup melemah sebesar 0,25% atau 39 poin ke Rp15.721 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah sebesar 0,13% atau 0,14 poin ke 106,51.

Mayoritas mata uang Asia juga mengalami penurunan. Ringgit Malaysia mengalami pelemahan sebesar 0,16%, won Korea Selatan turun 0,28%, dolar Taiwan mengalami penurunan sebesar 0,21%, rupee India cenderung stagnan, sementara yuan China melemah sebesar 0,08%.

Data dari dalam negeri menunjukkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$3,42 miliar pada bulan September 2023. Surplus neraca perdagangan Indonesia ini merupakan pencapaian yang signifikan. Pada bulan Agustus 2023, surplus neraca perdagangan didukung oleh komoditas non-migas yang mencapai US$5,34 miliar.

Komoditas seperti bahan bakar mineral HS 27, lemak dan minyak hewani/nabati HS 15, serta besi dan baja HS 72 menjadi penyumbang utama surplus. Sementara itu, neraca perdagangan komoditas migas mengalami defisit sebesar US$1,92 miliar, dengan minyak mentah dan hasil minyak menjadi penyumbang defisit.

Dalam laporan dari Reuters, disebutkan bahwa dolar turun dari level tertingginya dalam perdagangan Asia hari ini, meskipun tetap kuat karena ketegangan di Timur Tengah meningkat. Investor juga menunggu petunjuk mengenai prospek suku bunga AS dari pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan akhir pekan ini. Dolar tetap mendekati level tertingginya dalam satu minggu terhadap euro dan poundsterling, menunjukkan bahwa sentimen risiko masih dalam kondisi rapuh.

“Saya melihat apa yang terjadi di Israel sebagai konflik regional, yang biasanya tidak memiliki dampak berarti pada pasar keuangan dari waktu ke waktu,” kata David Chao, ahli strategi pasar global Invesco.

Chao menambahkan bahwa pihaknya tidak melihat peristiwa ini mengubah lintasan pertumbuhan negara-negara besar dan tidak berpotensi membuat The Fed lebih cenderung melakukan kebijakan yang ketat. Bahkan, menurutnya, The Fed kemungkinan besar tidak akan melakukan pengetatan kebijakan di masa depan mengingat adanya peningkatan persepsi risiko.

Sementara itu, di tempat lain, nilai tukar shekel Israel mengalami penurunan hingga mencapai level terendah dalam delapan tahun terakhir, yaitu 3,99 per dolar. Hal ini terjadi setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersumpah pada hari Minggu untuk menghancurkan Hamas, sementara pasukannya bersiap untuk bergerak ke Jalur Gaza.

Shekel Israel telah mengalami penurunan lebih dari 3% terhadap dolar sejak orang-orang bersenjata dari kelompok Hamas memicu kerusuhan di kota-kota Israel pada 7 Oktober 2023. Situasi ini mencerminkan dampak langsung dari ketegangan dan konflik geopolitik terhadap nilai tukar mata uang suatu negara.

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads