PEFINDO Berikan Peringkat Negatif Kepada Adhi Properti (ADCP)

Muhammad Kemal Farezy Feb 17, 2022 0 Comments
PEFINDO Berikan Peringkat Negatif Kepada Adhi Properti (ADCP)

Jakarta, BisnisPro.id – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat BBB kepada PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP). Pefindo juga menegaskan peringkat BBB untuk Obligasi I Tahun 2021 Seri A senilai Rp 491 miliar. Obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 27 Mei 2022, yang rencananya akan dibayar menggunakan utang dari pihak eksternal.

“Kami mempertahankan prospek peringkat perusahaan di negatif untuk mengantisipasi penurunan tingkat dukungan dari PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sebagai konsekuensi dari rencana ADCP melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham pada Februari 2022 ini,” jelas Pefindo dalam keterangan tertulis.

Walaupun ADHI akan tetap sebagai pemegang saham pengendali pasca IPO Adhi Commuter Properti, tapi penurunan porsi kepemilikan saham di Adhi Properti dapat membatasi keleluasaan ADHI dalam melanjutkan bentuk dukungan keuangan yang selama ini diberikan, terutama fasilitas pinjaman pemegang saham kepada Adhi Properti, yang mempertimbangkan ketentuan yang berlaku.

“Jika ternyata memang ADCP tidak dapat lagi menikmati fasilitas pinjaman pemegang saham tersebut, maka ADCP akan menghadapi risiko pembiayaan kembali atas surat utang yang akan jatuh tempo, dimana fasilitas pinjaman pemegang saham tersebut merupakan salah satu opsi yang dapat digunakan untuk melunasi kewajiban keuangannya,” ungkap Pefindo.

Pefindo juga mengantisipasi struktur permodalan yang lebih agresif ke depannya karena perseroan berencana mengeluarkan belanja modal (capex) yang cukup besar dalam waktu dekat yang dibiayai oleh pendanaan eksternal.

Adapun obligor dengan peringkat BBB memiliki kemampuan yang memadai dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang. Meski demikian, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi.

Sementara itu, efek utang dengan peringkat BBB mengindikasikan parameter proteksi yang memadai dibandingkan efek utang Indonesia lainnya. Walaupun demikian, kondisi ekonomi yang buruk atau keadaan yang terus berubah akan dapat memperlemah kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang.

Menurut Pefindo, peringkat tersebut mencerminkan dukungan yang kuat dari ADHI, captive market dari komuter Light Rail Transit (LRT) dengan konsep transit-oriented development (TOD), dan kualitas aset yang baik. Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh struktur permodalan yang agresif dan proteksi arus kas yang lemah, pendapatan berulang yang terbatas, dan kerentanan terhadap perubahan kondisi ekonomi makro.

Peringkat dapat diturunkan jika kemungkinan dukungan induk melemah dalam waktu dekat, yang ditunjukkan dengan menurunnya dukungan dari induk. Peringkat juga dapat diturunkan jika ADCP membukukan utang yang lebih besar dibandingkan proyeksi serta pendapatan dan/atau EBITDA lebih rendah dari yang diharapkan, karena tingkat penjualan yang rendah, perkembangan konstruksi yang tertunda, dan/atau biaya yang lebih tinggi dari perkiraan, yang mengakibatkan struktur permodalan yang lebih agresif dan proteksi arus kas yang lebih lemah.

Di sisi lain, prospek dapat direvisi menjadi stabil jika ADHI dapat menunjukkan tingkat dukungan yang stabil atau bahkan lebih kuat kepada ADCP dalam jangka pendek hingga menengah, atau jika ADCP meningkatkan posisi bisnisnya secara substansial dengan melampaui target pendapatan dan EBITDA, diikuti dengan penguatan struktur permodalan dan proteksi arus kas secara berkelanjutan.

Sebelumnya, ADCP melangsungkan penawaran awal (bookbuilding) saham perdana pada 27 Januari hingga 7 Februari 2022. Perseroan menerbitkan sebanyak 8,01 miliar saham baru atau setara 28,6% melalui IPO. ADCP menawarkan harga IPO pada kisaran Rp 130-200 per saham. Alhasil, dari aksi korporasi ini, perseroan berpotensi meraup dana segar Rp 1-1,6 triliun.

Perseroan akan menggunakan 45% dana hasil IPO untuk pengembangan proyek existing dan proyek recurring. Kemudian, 35% untuk akuisisi atau pengembangan lahan baru dan 20% dana hasil IPO dipakai untuk pembayaran kembali sebagian pokok obligasi Seri A.

ADCP menunjuk PT Bahana Sekuritas, PT CIMB Niaga Sekuritas, PT Maybank Sekuritas Indonesia, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT RHB Sekuritas Indonesia, dan PT Sucor Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Sumber : Bisnis

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads