Dampak Naiknya Dolar AS ke Industri Properti
Tangerang, BisnisPro.id – Rupiah telah mengalami pelemahan belakangan ini seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat terhadap rupiah, bahkan mencapai puncaknya pada Rp 16.200 sebelum kemudian mencapai Rp 16.264, seperti yang dilaporkan oleh Google Finance pada Kamis (18/4/2024). Bagaimana pelemahan rupiah memengaruhi industri properti?
Menurut Joko Suranto, Ketua Umum DPP REI yang juga menjabat sebagai CEO Buana Kassiti, dampak langsung dari pelemahan rupiah belum terasa secara signifikan di sektor properti. Namun, ada dampak tidak langsung yang muncul karena meningkatnya ketidakpastian.
“Karena adanya ketidakpastian itu, maka (akan ada) kenaikan harga minyak dunia. Bukan karena sumbernya tidak produksi, (ada) banyak tetapi karena rute yang harus diikuti berbeda. Jadi dampak tidak langsungnya akan terasa itu sekitar satu bulanan kalau perangnya itu jadi (semakin parah),” ujar Joko.
Joko Suranto menjelaskan bahwa sebagian besar produksi material bangunan memerlukan listrik, bahan bakar, dan transportasi. Dengan adanya pelemahan rupiah, tekanan pada biaya-biaya tersebut cenderung meningkat. Kenaikan biaya produksi ini secara otomatis akan mendorong kenaikan harga bahan-bahan yang digunakan dalam industri properti. Sebagai hasilnya, biaya konstruksi properti dapat meningkat, yang kemudian dapat memengaruhi harga jual properti atau margin keuntungan bagi pengembang properti.
“Suka nggak suka, otomatis pengusaha harus mencari tahu (dan) memikirkan bagaimana kita dalam kondisi sulit itu tetap bisa menekan atau mengelola agar daya beli masyarakat itu juga tidak menjadi mendapatkan kesulitan untuk bisa mengakses untuk pembelian rumahnya,” katanya.
Menurut Konsultan Properti Anton Sitorus, pelemahan rupiah perlu menjadi perhatian utama. Meskipun pelemahan rupiah dalam jangka pendek mungkin tidak memiliki dampak signifikan, namun jika berlanjut dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi dinamika perdagangan bahan bangunan secara keseluruhan.
“Kalau misalnya terjadi misalnya berbulan-bulan developer atau supplier yang berurusan dengan barang-barang impor ini dia akan mulai merasakan kenaikan biaya dengan harga yang meningkat. Cukup nilai tukar dolar-nya yang tinggi gitu ya pengaruhnya seperti ke arah sana,” ungkap Anton.
Anton menilai bahwa dampak pelemahan rupiah terhadap sektor properti tidak langsung terjadi secara instan. Ini disebabkan oleh fakta bahwa kenaikan harga material bangunan biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama dalam sebuah proyek pembangunan. Kontraktor dan pengembang properti umumnya telah membuat perencanaan proyek yang mencakup pembelian bahan-bahan dari supplier dan telah mengikat kontrak.
Jika terjadi perubahan harga secara tiba-tiba hanya untuk jangka waktu yang singkat, hal ini mungkin tidak berpengaruh signifikan pada proyek pembangunan karena rencana dan kontrak sudah ada sebelumnya. Namun, perubahan harga yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama dapat memengaruhi proyek, karena dapat menyulitkan dalam mendapatkan harga yang sesuai dengan kontrak awal.
Anton juga menyebutkan bahwa perubahan harga properti akibat kenaikan dolar tidak akan langsung terjadi, tetapi pengembang akan mengevaluasi dampaknya terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
Anton menjelaskan bahwa pada dasarnya tidak banyak yang dapat dilakukan dalam menghadapi kondisi seperti konflik atau bencana alam, karena hal tersebut merupakan force majeure atau keadaan tak terduga yang tidak dapat dikendalikan. Bagi konsumen, penting untuk merencanakan strategi sesuai dengan kebutuhan mendesak mereka sendiri.
Sementara itu, bagi pengembang properti, penting untuk membuat strategi antisipasi terhadap kondisi yang mungkin terjadi. Misalnya, mereka dapat membuat perencanaan jangka panjang untuk mengantisipasi inflasi yang diperkirakan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Strategi yang diambil oleh setiap pengembang bisa berbeda-beda tergantung pada faktor keuangan seperti arus kas perusahaan.
Selain itu, strategi juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan pengembang dalam melakukan pembelian material bangunan secara berjangka. Hal ini juga berlaku untuk investor yang memiliki tanah yang akan dikembangkan oleh pengembang. Oleh karena itu, ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi internal perusahaan masing-masing.
No Comments