Rupiah VS Dolar AS Hari Ini, Kamis 20 Juni 2024
Tangerang, BisnisPro.id – Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Menguat Menjelang Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Menjelang hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang akan berlangsung pada Kamis, 20 Juni 2024, nilai tukar rupiah menunjukkan potensi penguatan.
Pada penutupan perdagangan hari Rabu, 19 Juni 2024, rupiah berhasil menguat ke posisi Rp16.365 per dolar AS saat Bank Indonesia sedang melaksanakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2024 untuk menentukan suku bunga BI Rate. Menurut data dari Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan kenaikan sebesar 0,29% atau 47 poin, sehingga berada di posisi Rp16.365 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS tercatat melemah 0,01% menjadi 104,862. Mata uang dari berbagai negara di kawasan Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang mengalami kenaikan 0,07%, dolar Hong Kong dan Singapura masing-masing naik sebesar 0,01% dan 0,03%, serta ringgit Malaysia naik 0,06%.
Di sisi lain, beberapa mata uang mengalami pelemahan, termasuk won Korea yang turun 0,03%, peso Filipina turun 0,21%, rupee India melemah 0,03%, yuan China turun 0,04%, dan baht Thailand melemah 0,05%. Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia akan melaksanakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2024. Pelaku pasar sedang menantikan apakah RDG akan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 6,25% atau justru menaikkannya.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan bahwa penguatan rupiah dipengaruhi oleh data neraca perdagangan yang dirilis hari ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali mencatat surplus sebesar US$2,93 miliar, meningkat US$0,21 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan RI mencapai US$13,06 miliar, dengan catatan surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus pada Mei 2024 terutama didorong oleh surplus pada komoditas nonmigas sebesar US$4,26 miliar, dengan komoditas penyumbang utama meliputi bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72). Meski surplus neraca perdagangan nonmigas pada Mei 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, namun lebih tinggi dibandingkan Mei 2023.
Dari sisi global, pasar kini memperkirakan kemungkinan sebesar 67% bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan September, berdasarkan alat CME FedWatch, dengan perkiraan penurunan hampir 50 basis poin untuk sisa tahun ini.
“Sementara itu, inflasi Inggris kembali ke target Bank of England sebesar 2% pada bulan Mei untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun,” ungkapnya dalam laporan riset harian, pada Rabu (19/6/2024).
Penurunan inflasi harga konsumen tahunan dari angka 2,3% di bulan April sejalan dengan ekspektasi median para ekonom dalam jajak pendapat Reuters, dan menandai penurunan tajam dari puncaknya yang mencapai 11,1% pada bulan Oktober 2022, yang merupakan angka tertinggi dalam 41 tahun.
Pasar memperkirakan peluang sekitar 50% untuk penurunan suku bunga pertama pada bulan Agustus, dengan hampir setengah poin persentase pelonggaran moneter diharapkan pada tahun 2024. Bank of England (BoE) akan bertemu pada hari Kamis untuk membahas kebijakan suku bunga, namun tidak diperkirakan akan melakukan perubahan apa pun.
Untuk perdagangan besok, Kamis, 20 Juni 2024, Ibrahim Assuaibi memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan berfluktuasi namun berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.320 – Rp16.390 per dolar AS.
No Comments