Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Kamis 21 Juli 2022
Jakarta, BisnisPro.id -Nilai tukar rupiah diprediksi bertahan di bawah Rp15.000 seiring dengan proyeksi Bank Indonesia menahan suku bunga acuan BI7DDR di level 3,5 persen. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.970-Rp14.090 per dolar AS hari ini.
Pada Rabu (20/7/2022) pada 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,09 persen atau 13 poin ke Rp14.989,50. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,01 persen ke 106,66.
Bersama rupiah, mata uang dolar Singapura melemah 0,03 persen, dolar Taiwan melemah 0,13 persen, peso Filipina melemah 0,06 persen, dan yuan China melemah 0,11 persen di hadapan dolar AS. Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS melemah lebih jauh pada Rabu, karena bantuan Eropa mungkin menghindari ketakutan terburuk mengenai kekurangan energi, dan terkait kemungkinan Bank Sentral Eropa memberikan kenaikan suku bunga yang lebih agresif.
“Selain itu, Federal Reserve AS mungkin mundur dari menaikkan suku bunga dengan persentase poin penuh ketika bertemu minggu depan dan, sebaliknya, tetap dengan kenaikan 75 basis poin,” ungkapnya dalam riset harian, Rabu (20/7/2022).
Menjelang pertemuan Fed minggu depan, pelaku pasar memperkirakan peluang 23,2 persen dari kenaikan suku bunga 100 basis poin. Dari sisi internal, Bank Indonesia dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli 2022 pada 20-21 Juli 2022.
Berdasarkan konsesus pasar yang dihimpun para analis, pasar terbelah dua yakni ada yang menginginkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen. Selain itu, ada yang menginginkan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5 persen. Namun mempertahankan suku bunga acuan merupakan solusi BI bulan ini walaupun sebagian analis yang memperkirakan kenaikan BI-7DRR menjadikan stabilitas rupiah sebagai salah satu faktor tren kenaikan suku bunga acuan di tingkat global.
“Sementara di sisi lain BI masih memberlakukan kebijakan dovish menjadi salah satu penyebab investor asing meninggalkan Indonesia. Derasnya capital outflow membuat rupiah tertekan,” jelas Ibrahim.
Faktor lain yang membuat BI akan mempertahankan suku bunga pada bulan ini adalah inflasi yang masih terjaga. Laju kencang inflasi Indonesia lebih dipengaruhi oleh faktor suplai. Inflasi akan melandai jika pasokan kembali normal. Sementara itu, Research & Development ICDX Revandra Aritama mengatakan, akibat inflasi yang masih tinggi, The Fed masih akan agresif mengeluarkan kebijakan pengetatannya.
“Apa yang potensi terjadi di kuartal III/2022? Kemungkinan suku bunga The Fed naik lagi di kuartal III/2022. Tapi kenaikan subung ini tidak selalu berimbas positif, isu resesi Amerika akan semakin besar,” ujar Revandra dalam Commodity Market Outlook ICDX, Rabu (20/7/2022).
Revandra melanjutkan, resesi ini dapat memberikan dampak turunnya kepercayaan pasar atau investor terhadap ekonomi suatu negara. Dia mencontohkan, jika resesi terjadi di AS, maka ada kemungkinan dolar akan melemah. Hanya saja, menurutnya saat ini The Fed agresif menaikkan suku bunga.
“Ini nanti akan adu sentimen saja, apakah nilai obligasi AS yang lebih kuat atau dampak resesi tersebut. Karena kita sudah mengalami resesi saat pandemi, dampaknya terasa tapi secara umum, dunia tidak hancur. Tetapi post-pandemi ini akan berbeda,” tutur dia.
Dengan kondisi tersebut, menurutnya terdapat peluang bagi rupiah untuk menguat terhadap dolar AS. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan akan terjadi pelemahan yang tidak terlalu signifikan.
Sumber : Bisnis
No Comments