Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Rabu 7 September 2022

Muhammad Kemal Farezy Sep 7, 2022 0 Comments
Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Rabu 7 September 2022

Jakarta, BisnisPro.id – Nilai tukar rupiah diprediksi melemah terbatas karena level dolar AS yang masih tinggi dapat menekan mata uang di kawasan Asia.

“Pergerakan rupiah pada Rabu (7/9/2022) diprediksi dibuka fluktuatif tetapi ditutup melemah pada rentang  Rp14.870 – Rp14.910 per dolar AS,” papar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam publikasi risetnya.

Rupiah ditutup menguat 22,00 poin atau 0,15 persen pada Rabu (6/9/2022) ke posisi Rp14.885,00 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.10 WIB terpantau melemah 0,08 poin atau 0,07 persen ke level 109,4540.

Selain rupiah, mata uang baht Thailand pada hari ini juga turut menguat sebesar 0,32 persen terhadap dolar AS.   Di sisi lain, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah dengan dipimpin oleh yen Jepang yang melemah 0,70 persen terhadap dolar AS.  Lalu diikuti dengan pelemahan yuan China turun 0,15 persen, ringgit Malaysia turun 0,14 persen, dan won Korea Selatan yang melemah 0,12 persen terhadap dolar AS. 

brahim Assuaibi dalam dalam riset harian mengatakan reli penguatan indeks dolar AS tampaknya telah berhenti, karena para pedagang menunggu rincian lebih lanjut tentang jalur kebijakan moneter AS.  Namun dia menyampaikan bahwa ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve di akhir bulan, dengan data pasar tenaga kerja yang solid membuat para pembuat kebijakan untuk mencoba dan mengendalikan inflasi AS.

“Pasar berjangka telah memperkirakan peluang lebih dari 50 persen The Fed akan menaikkan 75 basis poin pada pertemuan kebijakan September,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Selasa (6/9/2022). 

Selain itu, Rusia dilaporkan menutup pipa gas utama ke Eropa, sehingga benua Eropa berpotensi menghadapi krisis energi. Di mana krisis diperkirakan sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi di zona euro. Dari China, terdapat sentimen peningkatan stimulus ekonomi di kuartal III/2022, setelah ekonomi hampir tidak berkembang pada kuartal kedua. Ibrahim mengatakan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut menghadapi tantangan berat dari penguncian Covid-19 yang diberlakukan tahun ini, serta potensi krisis energi.

Sementara itu dari domestik, dia menyampaikan Indonesia belum bisa tenang dengan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan lonjakan inflasi yang bisa dibilang tidak seekstrim sejumlah negara lain, seperti Amerika Serikat maupun beberapa negara di Eropa. 

“Dan kalau pemerintah salah kebijakan maka krisis ekonomi akan menghantui Indonesia,” katanya. 

Kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dengan pertumbuhan yang positif karena mendapatkan keuntungan dari lonjakan harga komoditas terutama batu bara yang terus melonjak akibat krisis energi di Eropa. 

Namun dia mengingatkan jika Eropa dan Rusia berdamai, bisa saja permintaan komoditas di Indonesia berkurang sehingga menurutnya pemerintah harus bekerja keras untuk memilah sektor-sektor mana saja yang bisa menyumbang untuk ekonomi selanjutnya.

Sumber : Bisnis

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads