Harga CPO Pasca Ramadan dan Idul fitri 2021 Diprediksi Anjlok?

Muhammad Kemal Farezy Apr 22, 2021 0 Comments
Harga CPO Pasca Ramadan dan Idul fitri 2021 Diprediksi Anjlok?

Jakarta, BisnisPro.id – Harga minyak kelapa sawit mentah atau CPO yang tengah memanas dibayangi potensi koreksi setelah periode Ramadan dan Idul Fitri 2021 berlalu.

Harga CPO bergerak positif pada awal pekan ini yang didorong oleh tren serupa pada harga minyak kacang kedelai dan tingginya angka ekspor. Salah satu katalis positif untuk pergerakan harga crude palm oil (CPO) adalah pertumbuhan angka ekspor dari Malaysia.

Data dari AmSpec Agri Malaysia melaporkan jumlah ekspor produk CPO Malaysia untuk periode 1—20 April terpantau naik 10,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama bulan sebelumnya.

Kendati demikian, kenaikan angka ekspor tersebut berada di bawah ekspektasi pasar. Hal itu disebabkan oleh lonjakan kasus virus corona di India yang merupakan importir CPO terbesar di dunia.

Sementara itu, data dari Komisi Eropa, angka impor minyak kelapa sawit pada musim 2020/2021 adalah 4,23 juta ton.

Realisasi tersebut turun dari nilai impor musim sebelumnya, yakni 4,55 juta ton. Adapun, Uni Eropa merupakan pembeli nomor tiga terbesar untuk minyak kelapa sawit dari Malaysia.

Berdasarkan data Bloomberg, harga CPO kontrak teraktif Rabu (21/4/2021) parkir di level 3.918 ringgit per ton, harga tertinggi selama 2021.

Sementara itu, data dari Bursa Malaysia pada Selasa (20/4/2021), harga CPO untuk kontrak Juli 2021 naik 3,4 persen ke harga setelmen 3.805 ringgit per ton. Sebelumnya, harga kontrak tersebut sempat mencapai harga tertinggi pada 3.951 ringgit per ton.

Harga CPO berjangka pengiriman Juni 2021 terpantau melesat 137 poin ke 3.987 ringgit per ton setelah sempat mencapai titik tertingginya pada 4.145 ringgit per ton.

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menyebutkan secara fundamental pasar minyak kelapa sawit masih cukup positif. Salah satu faktor pendukung CPO adalah tingkat permintaan yang bagus dari sejumlah negara.

Menurutnya, sepanjang Maret 2021, total impor CPO India mencapai 526.463 ton. Jumlah ini naik 33,5 persen dibandingkan periode Februari 2021 dan sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar dan analis.

“Sejauh ini, pergerakan harga CPO memang masih cukup bagus. Harga minyak dan biji kedelai yang sedang naik juga berimbas positif,” katanya.

Sentimen tersebut juga ditambah dengan perayaan Ramadan dan Idul fitri pada negara-negara Asia, terutama Indonesia dan Malaysia. Wahyu mengatakan, keterbatasan pasokan dari negara-negara produsen dapat menjaga harga CPO di level yang tinggi.

Kendati demikian, Wahyu mengatakan prospek harga CPO juga dibayangi oleh sejumlah sentimen negatif dari luar negeri. Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi yang disebabkan oleh penguatan dolar AS dapat menekan harga minyak kelapa sawit.

Setelah melewati Ramadan dan Idul fitri, lanjutnya, potensi koreksi harga CPO akan semakin kuat. Hal ini terjadi seiring dengan siklus cuaca La Nina yang telah rampung sehingga memudahkan proses penanaman dan panen buah sawit.

Membaiknya cuaca juga akan berdampak positif bagi komoditas substitusi CPO, yakni biji kedelai. Perbaikan output biji kedelai dari negara-negara produsen seperti AS dan Brasil, serta menurunnya permintaan akan memicu penurunan harga, baik untuk biji kedelai maupun CPO.

Wahyu memprediksi, pada kuartal II/2021, harga CPO pada kisaran 3.500 hingga 4.100 ringgit per ton. “Saat ini masih terjadi tarik-menarik antara sentimen-sentimen yang ada di pasar CPO sehingga walaupun nantinya naik, level 3.600 masih jadi target koreksi,” katanya.

Di sisi lain, laporan TA Securities menyebutkan, potensi koreksi harga CPO pada tahun ini akan semakin tinggi memasuki semester II/2021. Kendati demikian, rerata harga CPO pada 2021 diyakini lebih baik dibandingkan dengan 2020.

TA Securities juga meningkatkan target harga CPO untuk 2021 menjadi 3.000 ringgit per ton untuk 2021 dari sebelumnya 2.600 ringgit per ton. Sementara itu, target harga CPO pada 2022 juga ditingkatkan 17 persen ke level 3.050 ringgit per ton.

“Proyeksi harga merupakan cerminan dari sejumlah sentimen, yakni persediaan cadangan CPO yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi, keterbatasan pasokan minyak nabati global, serta kenaikan harga minyak mentah yang berimbas positif untuk biodiesel,” dilansir laporan tersebut.

Laporan itu juga menyebutkan jumlah cadangan CPO Malaysia diprediksi tetap ketat sepanjang kuartal II/2021. Jumlah persediaan CPO Malaysia telah berada di bawah angka acuan 2 juta ton sejak Januari 2020.

Menipisnya persediaan minyak kelapa sawit disebabkan oleh rendahnya produksi seiring dengan penurunan jumlah tenaga kerja serta siklus cuaca yang menghambat proses panen sawit. Tren ini diperkirakan tetap berlanjut seiring dengan penutupan perbatasan dan pembatasan pergerakan oleh Pemerintah Malaysia.

“Jumlah cadangan CPO akan kembali membaik ke depan, sejalan dengan proses vaksinasi virus corona dan pembukaan kembali perbatasan di semester II/2021,” katanya.

JUMLAH CADANGAN Di sisi lain, laporan dari UOB Kay Hian menyebutkan harga CPO akan menghadapi risiko downside dari kenaikan jumlah cadangannya. Kenaikan cadangan CPO Malaysia akan terjadi menyusul musim panen sawit dengan hasil yang cukup besar.

Selain itu, nilai ekspor diperkirakan tidak akan menguat signifikan karena kompetisi harga dengan negara produsen CPO lainnya, Indonesia. “Perkiraan harga CPO menurut kami berada di level 3.000 ringgit per ton. Kami juga tetap memperhatikan potensi pelemahan harga dari meningkatnya jumlah produksi,” jelas laporan dari UOB Kay Hian.

Chairman LMC International, James Fry menuturkan, harga minyak kelapa sawit berpotensi terkoreksi hingga ke posisi 3.300 ringgit per ton pada kuartal IV/2021 seiring dengan prospek pemulihan produksi yang akan meningkatkan jumlah persediaan.

Fry memaparkan, rendahnya produksi buah sawit menimbulkan masalah besar terhadap pasokan CPO global. Keterbatasan pasokan ini kian diperburuk oleh kegagalan pemerintah untuk mengurangi mandat bahan bakar biodiesel secara sementara untuk mengurangi tekanan terhadap permintaan.

“Kondisi berbeda terjadi pada 2016—2017 . Selain itu, pergerakan bullish CPO juga telah memasuki fase akhir saat ini,” ungkap Fry.

Sementara itu, CEO Malaysian Palm Oil Council (MPOC) Wan Zawawi bin Wan Ismail mengatakan harga CPO kemungkinan akan berada di kisaran 3.846 ringgit per ton pada semester I/2021.

Hal tersebut seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap keterbatasan pasokan akibat terganggunya produksi pada awal tahun ini. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kenaikan populasi di China akan menjadi salah satu faktor utama yang menjaga harga CPO tetap berada di level tinggi.

Di sisi lain, konsumsi minyak nabati di wilayah Timur Tengah juga diprediksi akan meningkat seiring dengan pembukaan kembali ibadah haji dan umrah di Arab Saudi.

Sumber : Bisnis

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads