Rupiah Makin Loyo, Tembus ke Level Rp 15.600

Muhammad Kemal Farezy Oct 21, 2022 0 Comments
Rupiah Makin Loyo, Tembus ke Level Rp 15.600

Tangerang, BisnisPro.id – Di pasar spot, kurs rupiah terhadap dollar AS dibuka melemah pada perdagangan Jumat (21/10/2022). Mata uang rupiah terlihat kian mendekati level Rp 15.600 per dollar AS.

Memantau data dari Bloomberg, rupiah dibuka pada level Rp 15.580 per dollar AS, terdepresiasi lagi dari posisi penutupan sebelumnya Rp 15.573 per dollar AS. Pelemahan rupiah berlanjut hingga menjelang sore hari. Tercatat, nilai tukar rupiah melemah 0,39 persen dan menembus ke Rp 15.631 per dollar AS.

Kamis (20/10/2022), rupiah ditutup melemah 0,5 persen ke Rp15.573 per dolar AS. Penurunan ini terjadi hanya beberapa saat setelah BI Indonesia menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate 50 basis poin menjadi 4,75 persen.

Ini adalah kenaikan ketiga sejak bank sentral meningkatkan suku bunganya mulai Agustus 2020, dan sepertinya tidak mempengaruhi aksi di pasar. Hingga bulan Oktober ini, suku bunga acuan BI telah naik 125 basis poin.

Penyebab Depresiasi

Depresiasi rupiah yang terjadi beberapa waktu belakangan ini selaras dengan menguatnya indeks dollar AS. Kekuatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global saat ini menyebabkan indeks dollar AS menguat pada kisaran 112.

Yield obligasi AS juga masih dalam posisi tertinggi sejak 14 tahun terakhir. Obligasi dengan tenor 10 tahun, imbal hasilnya masih bertengger di atas 4,2 persen.

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk meningkatkan suku bunga acuan 50 basis points (bps) atau 0,5 persen belum direspons positif oleh pasar. Sejak kemarin, nilai tukar rupiah masih terus bergerak di zona negatif.

Gubernur BI Perry Warjiyo, pada konferensi pers hasil rapat dewan gubernur (RDG) mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi karena ketidakpastian ekonomi global yang membuat pasar beralih menuju aset safe haven, dalam hal ini mata uang dollar AS.

“Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan pasokan valas, memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi,” jelas Perry.

Sejak 1 Januari hingga 19 Oktober 2022 (year to date), BI mencatat nilai tukar rupiah telah terdepresiasi 8,03 persen dibandingkan dengan level di akhir 2021. Depresiasi tersebut, kata Perry Warjiyo, disebabkan sangat kuatnya dollar AS.

Indeks nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama (DXY) mengalami penguatan sebesar 18,1 persen (ytd) selama 2022.  Rekor tertinggi sempat di angka 114,76 pada 28 September 2022 dan tercatat 112,98 pada 19 Oktober 2022 kemarin.

“Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 8,03 persen dibandingkan dengan penguatan dollar AS sebesar 18,1 persen,” ujarnya Perry.

Menurut Perry, depresiasi rupiah juga disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global karena semakin ketatnya kebijakan moneter di berbagai negara maju, termasuk AS. Suku bunga acuan AS (The Fed Funds Rate) yang diprediksi naik lebih tinggi plus dengan siklus yang lebih panjang, mendorong kian perkasanya nilai dollar AS. Hal ini memberikan tekanan pelemahan terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Depresiasi nilai tukar tersebut semakin tinggi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat. Apalagi, terhadap negara emerging market, termasuk Indonesia, yang diperberat pula dengan aliran keluar investasi portofolio asing.

“Kita tidak ingin penguatan dollar AS menyebabkan perlemahan rupiah di tengah harga energi dan pangan global yang tinggi,” ucapnya.

Untuk itu, tambah Perry, BI terus melakukan upaya intervensi dalam rangka menjaga stabilitas rupiah, agar inflasi akibat harga impor yang meningkat dapat dihindari, lalu tidak merambat ke inflasi di dalam negeri dan dampak rambatan lain, khususnya ke sektor perbankan maupun sektor korporasi.

“Tapi sejauh ini tingkat perlemahan ini tidak berdampak pada kondisi perbankan maupun korporasi,” ungkapnya.

Meskipun demikian, Perry mengatakan, depresiasi rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang beberapa negara berkembang lainnya, seperti negara jiran Malaysia 11,75 persen, Thailand 12,55 persen, dan India 10,42 persen.

Penulis : Cyna Juni

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads