Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Senin 18 Juli 2022

Muhammad Kemal Farezy Jul 18, 2022 0 Comments
Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Senin 18 Juli 2022

Jakarta, BisnisPro.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berisiko melemah terbatas karena tren penguatan greenback dapat menekan mata uang negara lainnya. Rupiah ditutup ke harga Rp14.996,5 per dolar AS menguat 0,16 persen atau 23,5 poin pada Jumat (15/7/2022).

Sepanjang tahun berjalan rupiah telah melemah 5,15 persen terhadap dolar AS. Penguatan rupiah terjadi di tengah menguatnya indeks dolar AS berjangka yang naik 0,02 persen atau 0,02 poin ke level 108,427.

Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka menyampaikan rupiah berisiko melemah terbatas kembali pada awal pekan setelah mengalami penguatan. “Hari Ini mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, tetapi  ditutup melemah di rentang Rp14.980-Rp15.030,” jelasnya, Jumat (15/7/2022). Dia menjelaskan banyak negara Eropa berada di ambang kekacauan ekonomi, dengan inflasi yang meroket. Risiko yang lebih besar juga membayangi benua itu, sebab Eropa menjauh dari strateginya untuk mandiri.

Sementara itu, daya saing industrinya akan tertinggal jika terlalu bergantung pada produk AS. Dan eropa adalah korban penting dari krisis Ukraina. Dalam beberapa bulan terakhir, masalah ekonomi yang dihadapi oleh Eropa berulang kali menjadi berita utama. Ini terjadi karena ekonomi Eropa menghadapi lonjakan inflasi pada komoditas mulai dari gas, mobil hingga makanan.

Ini terjadi karena pasokan energi dari Rusia berkurang di tengah konflik Rusia-Ukraina. Secara khusus, Rusia telah mengurangi aliran gas ke Eropa selama konflik, sementara para pemimpin Uni Eropa juga dilaporkan berencana untuk memblokir sebagian besar impor minyak Rusia pada akhir tahun 2022 untuk menghukum negara tersebut.

“Dalam kondisi seperti itu, Indonesia salah satu negara penghasil komoditas terbesar di dunia mendapat berkah dengan bencana tersebut. Ada 10 negara eropa yang minta kiriman batubara dari Indonesia dan yang terbesar kuotanya adalah German sebesar 1 juta ton dalam 1 tahun,” jelasnya.

Dengan meningkatnya ekspor komoditas unggulan Indonesia salah satunya Batubara, Timah, CPO dan Nikel membuat neraca dagang Indonesia (NPI) kembali mencetak surplus pada periode Juni 2022. Bila melihat sejarahnya, maka surplus sudah mencapai 26 kali beruntun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia Juni mencapai US$ 26,09 miliar, naik 40,68 persen dibandingkan tahun lalu atau year on year (yoy) dan 21,30 persen secara month on month (mom). Sementara impor mencapai US$ 21 miliar. Dengan demikian, surplus kembali terjadi dengan besaran kali ini US$5,09 miliar. Impor secara yoy tumbuh 21,98 persen dan 12,87 persen secara mom.

Dari faktor eksternal, dolar melayang di bawah level tertinggi hampir dua dekade di perdagangan hari Jumat, setelah tergelincir semalam setelah dua pembuat kebijakan Federal Reserve mengatakan mereka menyukai kenaikan suku bunga yang lebih kecil daripada 100 basis poin (bps) yang dipertaruhkan oleh investor.

Sementara itu, sinyal Bank Indonesia yang enggan menaikkan suku bunga acuan BI7DDR dapat menekan rupiah menembus Rp15.500 per dolar AS. Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi menyampaikan pelemahan NDF 1 bulan disebabkan oleh pernyataan dovish dari pejabat Bank Indonesia terkait kebijakan suku bunga bank sentral.

Sebelumnya, pada Rabu (13/7/2022), Wakil Gubernur BI Juda Agung mengatakan BI akan menyesuaikan suku bunga ketika inflasi inti meningkat. Meskipun inflasi utama pada Juni (4,35 persen yoy) telah melampaui proyeksi inflasi Bank Indonesia (4,2 persen), namun inflasi inti baru mencapai 2,63 persen. Menanggapi hal tersebut, pasar berspekulasi bahwa BI tidak akan menaikkan suku bunga pada Juli.

“Kami menegaskan kembali pendapat kami bahwa rupiah akan melemah ke Rp15.500 per dolar AS, jika BI tidak menaikkan suku bunga bulan ini,” imbuh Lionel.

Sumber : Bisnis

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads