Rupiah Versus Dolar AS, Tertekan Kebijakan The Fed

Muhammad Kemal Farezy Sep 21, 2023 0 Comments
Rupiah Versus Dolar AS, Tertekan Kebijakan The Fed

Tangerang, BisnisPro.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini, Kamis (21/9/2023), mengalami penurunan akibat kebijakan yang diambil oleh The Federal Reserve (The Fed). Rupiah ditutup dengan pelemahan pada perdagangan kemarin, Rabu (20/9/2023), ketika Bank Sentral Amerika Serikat The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada keputusan moneter dini hari nanti.

Mengutip dari data Bloomberg, nilai tukar rupiah mengalami penurunan sebesar 0,01% atau 1,5 poin, sehingga berada di posisi Rp15.381 terhadap dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau mengalami kenaikan sebesar 0,08% menjadi 104.742. Di samping itu, mata uang kawasan Asia mayoritas juga mengalami pelemahan bersamaan dengan rupiah terhadap dolar AS.

Yen Jepang mengalami pelemahan sebesar 0,14%, dolar Hong Kong turun sebesar 0,02%, dolar Taiwan melemah sebesar 0,05%, won Korea mengalami penurunan sebesar 0,13%, peso Filipina mengalami pelemahan sebesar 0,06%, yuan China mengalami penurunan sebesar 0,02%, dan bath Thailand turun sebesar 0,18%.

Di sisi lain, mata uang yang mengalami penguatan adalah ringgit Malaysia dengan kenaikan sebesar 0,23%, serta rupee India yang naik sebesar 0,14%. Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, untuk perdagangan hari ini, Kamis (21/9/2023), nilai tukar rupiah diperkirakan akan mengalami fluktuasi namun memiliki potensi untuk ditutup dengan pelemahan dalam kisaran Rp15.360 – Rp15.430 per dolar AS.

Ia menyatakan bahwa indeks dolar AS telah berada dalam kisaran yang stabil dalam periode terakhir, dengan para pedagang menantikan berita dari Federal Reserve saat pejabat-pejabatnya menyimpulkan pertemuan penetapan kebijakan terbaru. Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunganya.

Namun, dengan kenaikan harga energi dan data ekonomi yang menunjukkan perekonomian yang kuat, Ketua Fed Jerome Powell mungkin akan tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lagi sebelum akhir tahun.

Sementara itu, inflasi di Inggris secara tak terduga mengalami penurunan pada bulan Agustus, meningkatkan kemungkinan bahwa Bank of England akan menunda siklus kenaikan suku bunga yang telah berlangsung dalam waktu yang lama.

Angka utama CPI turun menjadi 6,7% pada bulan Agustus, dari 6,8% pada bulan Juli, melawan ekspektasi yang mengindikasikan kenaikan menjadi 7,0%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan harga hotel, tarif penerbangan, dan kenaikan harga pangan yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Pasar terus memantau dampak perlambatan ekonomi global pada Indonesia, terutama pada sektor ekspor. Pada Agustus 2023, ekspor Indonesia mengalami kontraksi sebesar -21,21% secara tahunan (yoy), dengan nilai sebesar US$22,00 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan ekspor di semua sektor.

Secara total, ekspor selama periode Januari hingga Agustus 2023 mencapai US$171,52 miliar. Penurunan kinerja ekspor tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di banyak negara akibat melemahnya aktivitas ekonomi global.

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads