Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Terus Jaga Ketahanan Ekonomi Nasional

Muhammad Kemal Farezy Oct 18, 2022 0 Comments
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Terus Jaga Ketahanan Ekonomi Nasional

Tangerang, BisnisPro.id – Neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 lalu kembali mencetak surplus. Hal ini, dinilai Bank Indonesian (BI), telah memberikan kontribusi yang positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Direktur Departemen Komunikasi BI Junanto Herdiawan menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 kembali  surplus sebesar US$4,99 miliar. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencetak surplus sebesar US$5,71 miliar.

“Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2022, secara keseluruhan mencatat surplus US$39,87 miliar. Jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun 2021 yang bernilai sebesar US$25,10 miliar,” kata Junanto dalam keterangannya kepada media, Senin (17/10/2022).

Surplus neraca perdagangan berasal dari perdagangan nonmigas di tengah defisit neraca perdagangan migas yang sedikit meningkat. Neraca perdagangan nonmigas tercatat mencetak surplus sebesar US$7,09 miliar pada September 2022. Sementara, surplus pada Agustus 2022 sebesar US$7,73 miliar.

Menurut Junanto, perkembangan itu terjadi karena kinerja ekspor nonmigas September 2022 senilai US$23,48 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang bernilai US$26,18 miliar.

“Kuatnya kinerja ekspor nonmigas, bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti mineral termasuk batubara, serta CPO yang didukung oleh penguatan kebijakan Pemerintah, dan harga komoditas global yang masih tinggi,” kata Junanto.

Tak hanya itu, ekspor produk manufaktur, seperti kendaraan dan sparepart kendaraan juga tercatat meningkat. Sementara, jika dilihat dari negara tujuan ekspor nonmigas, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan India masih tetap kuat dan menjadi kontributor utama dalam total penerimaan ekspor Indonesia.

Impor nonmigas juga tetap kuat pada seluruh komponen. Ini sejalan dengan masih terus berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.

Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas agak sedikit meningkat.  Agustus 2022 nilai defisit tercatat US$ 2,01 miliar, sementara pada September 2022 telah menjadi US$ 2,1 miliar. Dalam beberapa bulan yang lalu nilai ekspor migas selalu lebih rendah daripada impor migas.

“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional,” kata Junanto.

Ancaman Depresiasi Nilai Tukar Rupiah

Sementara itu, Ajib Hamdani, Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi, neraca perdagangan pada Oktober 2022 ini cenderung akan masih melandai.

“Kecenderungan itu karena dampak dari nilai Rupiah yang belum stabil, gejolak ekonomi global, dan orientasi kebijakan pemerintah yang harus memperkuat ekonomi dalam negeri dengan transformasi ekonominya,” kata Ajib.

Meskipun masih membukukan surplus, menurut Ajib, penurunan neraca perdagangan pada September 2022 terjadi lantaran kondisi ekonomi global yang tengah bergejolak. “Sehingga tingkat permintaan pun harus mengalami penyesuaian, baik itu untuk volume ekspor maupun impor,” tambahnya.

Surplus neraca perdagangan pada Oktober 2022 juga diprediksi dapat kembali menipis jika terjadi depresiasi nilai tukar Rupiah dan perlambatan permintaan global. Hal ini dikatakan oleh Teuku Riefky, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).

Senada dengan Ajib, Teuku Riefky memperkirakan, neraca perdagangan masih akan berada di kisaran US$ 4 miliar pada Oktober 2022. “Nilai ekspornya yang turun dan impornya yang relatif lebih mahal akan menekan tingkat surplus di bulan Oktober nanti,” kata Riefky.

Menurut Riefky, kemungkinan surplus relatif dapat kembali menipis lantaran harga-harga komoditas juga mulai turun dan depresiasi nilai tukar semakin mahal.

Penulis : Cyna Juni

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads