Industri Fintech dan Kuliner Optimis Hadapi Resesi

Muhammad Kemal Farezy Nov 8, 2022 0 Comments
Industri Fintech dan Kuliner Optimis Hadapi Resesi

Tangerang, BisnisPro.id – Pandu Sjahrir, Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), optimistis bisnis fintech bakal tumbuh tahun depan. Meskipun, kondisi perekonomian dunia diproyeksikan akan mengalami resesi di 2023.

Menurut Pandu, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Karena, dari sisi pendanaan global, tahun 2023 itu akan menjadi masa yang sulit.

Pandu memprediksi, pada tahun 2023 sampai 2024 akan terjadi banyak ketidakpastian. Untuk itu, dia berpesan, pelaku fintech perlu menjaga efisiensi perusahaannya. “Kita harus mencapai profitabilitas,” kata Pandu (7/11/2022).

Saat ini, tambah Pandu, secara fundamental industri fintech terus membaik. Namun begitu, menghasilkan laba merupakan suatu keharusan. “Karena pendanaan secara global memang banyak berkurang,” ujarnya.

Senada dengan Pandu, Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi juga optimis bahwa industri fintech akan tetap tumbuh di tahun mendatang.

Alasannya, fintech lending masih dapat menggarap pasar yang memiliki kebutuhan kredit yang tinggi, dan belum terlayani oleh perbankan. “Kredit gap masih cukup besar di Indonesia. Data World Bank terakhir ada di 150 juta dollar AS, meningkat setelah Covid-19,” ujar Adrian.

Total outstanding yang ada di industri perbankan, P2P lending, dan sebagainya mungkin belum dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan di masyarakat. “Jadi, kami masih melihat tahun depan akan tumbuh,” tegas Adrian.

Para pemain P2P lending, menurut Adrian, perlu melihat sektor industri mana yang rentan terhadap faktor-faktor makro yang bisa menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi. “Karena itu, pemain P2P lending perlu memilih sektor yang lebih menguntungkan,” tambah Adrian.

Adrian juga mengatakan, fintech P2P lending juga mulai memberi pinjaman yang menyasar ekosistem UMKM yang masuk sektor penyedia barang pemerintah, sektor pertanian, dan sektor ekonomi kreatif. “Peluangnya ada, tapi kita harus pintar untuk mengambil atau memilih segmen,” kata Adrian.

Industri Kuliner Lebih Berpengalaman Hadapi Krisis

Tak hanya Asosisiasi Fintech yang optimis menghadapi kemungkinan resesi, Perkumpulan Pengusaha Kuliner Indonesia (Apkulindo) juga optimistis bisa melewati resesi yang diprediksi akan terjadi tahun depan.

Ketua Umum Apkulindo Masbukhin Pradhana mengatakan, ia yakin dampak resesi global di bisnis kuliner tidak akan separah masa-masa PSBB atau PPKM yang lalu.

“Kita sudah melewati dua tahun pandemi yang sangat parah dampaknya bagi restoran, cafe dan rumah makan. Kalau ada kenaikan harga atau daya beli menurun (karena resesi), semoga masih bisa kita atasi,” ujar Masbukhin Pradhana (2/11/2022).

Masbukhin juga menuturkan, pihaknya akan mendukung pemerintah dalam menghambat laju inflasi, terutama menjaga harga bahan-bahan pangan yang terkait dengan bisnis kuliner. Dari sisi organisasi, tambah Masbukhin, Apkulindo akan terus memperkuat daya saing para pelaku usaha kuliner agar lebih siap dalam menghadapi dampak krisis global.

“Dengan kerja sama dan adanya kepengurusan baru di Akuplindo, kami akan terus mengembangkan pengusaha kuliner dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia,” katanya.

Pemulihan Ekonomi Indonesia Modal yang Kuat Hadapi Resesi

Dalam 4 kuartal belakangan, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat. Hal ini menunjukkan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin kuat. Demikian pernyataan tersubut disampaikan Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Senin (7/11/2022).

“Ini merupakan pencapaian atau prestasi dari seluruh masyarakat Indonesia, yang di tengah terpaan kondisi global yang semakin tidak menentu, kita masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi dan bahkan trennya menunjukkan semakin menguat,” ujar Margo Yuwono.

Meskipun demikian, dia tidak dapat memastikan apakah pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik ini bisa menghapus ancaman resesi ke depannya.

Untuk lebih mengetahui bagaimana kekuatan Indonesia menghadapi resesi yang diproyeksikan bakal terjadi di 2023, kata Margo, perlu diketahui tren perkembangan ekonomi global dan seperti apa harga komoditas global ke depannya. Karena, kedua hal tersebut akan mempengaruhi ekspor Indonesia dan nilai tukar rupiah.

“BPS sudah melakukan proyeksi. Tapi, untuk menganalisis lebih lanjut, ini perlu dikaji lebih mendalam,” ucapnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh mencapai 5,72 persen di kuartal III-2022, terjadi karena mobilitas masyarakat yang semakin pulih dan upaya pemerintah menjaga daya beli masyarakat. Beberapa upaya pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat di antaranya ialah peningkatan realisasi program perlindungan sosial yang tumbuh sebesar 12,46 persen secara year on year dan peningkatan realisasi subsidi BBM sebesar 111,95 persen.

Penulis : Cyna Juni

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads