Resesi, Respon dan Antisipasi

Muhammad Kemal Farezy Oct 24, 2022 0 Comments
Resesi, Respon dan Antisipasi

Tangerang, BisnisPro.id – “Pesimisme dapat membuat resesi benar-benar terjadi,” tulis mantan Menteri Keuangan era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Muhammad Chatib Basri, di instagramnya.

Chatib Basri merujuk pada buku karya ekonom besar  John Maynard Keynes, ‘The General Theory of Employment, Interest, and Money’. Ekonom asal Inggris ini, kata Chatib, memperkenalkan sebuah konsep yang disebut sebagai animal spirits.

Keynes menyebutkan bahwa keputusan ekonomi ditentukan oleh keputusan rasional dan juga psikologis. Salah satu penentunya adalah ekspektasi. Maka, jika seorang investor memiliki ekspektasi resesi akan terjadi ke depan, dia akan memutuskan untuk tidak melakukan investasi.

Akibatnya, kegiatan agregat mengalami penurunan. Jika ini yang terjadi, tulis Chatib, orang tidak akan tertarik berinvestasi dan pertumbuhan ekonomi semakin melambat yang selanjutnya bisa menyebabkan resesi.

Tidak hanya investor, konsep tersebut juga berlaku dengan perilaku konsumen. Konsumen, kata Chatib, akan meningkatkan tabungan jika ekspektasinya  resesi akan terjadi. Dampaknya, tingkat belanja akan turun dan efeknya akan berimbas pada penurunan permintaan agregat. 

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin melambat dan akhirnya akan terjadi resesi. Dalam kondisi sperti ini, kata Chatib, Keynes menyarankan agar pemerintah meningkatkan belanjanya. Tujuannya meningkatkan daya beli, misalnya dengan menyalurkan bantuan sosial untuk masyarakat kelompok bawah. 

Kapasitas Fiskal Terbatas

Sebelumnya, Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mengklaim pemulihan ekonomi Indonesia terus berjalan sehingga tidak diperlukan insentif untuk masyarakat secara terus menerus. “Karena kapasitas fiskal kini terbatas,” jelas Iskandar Simorangkir saat dihubungi Tempo, Minggu, 16 Oktober 2022.

Menurutnya, ada tiga strategi yang akan dilakukan pemerintah menghadapi ancaman resesi 2023. Pertama, memberdayakan ekonomi domestik yang sangat besar.

Pemerintah akan fokus pada ekonomi domestik yang memanfaatkan potensi 275 juta penduduk Indonesia. Program Bangga Buatan Indonesia (BBI) untuk penguatan produk lokal akan terus didorong. Pemerintah juga akan melanjutkan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam (SDA) untuk kebutuhan domestik dan ekspor.

Strategi kedua adalah mengendalikan inflasi, khususnya pangan yang telah menjadi sumber inflasi utama di Indonesia. Untuk itu, pemerintah akan menggalakkan gerakan tanam pekarangan, food estate, serta peningkatan produktivitas dan percepatan musim tanam, plus memperlancar distribusi barang.

Terakhir, pemerintah menyatakan akan memperbaiki iklim investasi dengan penerapan online single submission secara penuh di seluruh Indonesia.

Respon Dunia

Beberapa bank sentral di dunia telah menaikan suku bunga. Kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap pasar keuangan dunia ini berpotensi menimbulkan resesi global. 

“Tekanan inflasi global ini direspons berbagai negara dengan kenaikan suku bunga yang drastis dan cepat,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Inggris, ujar Sri, telah menaikkan suku bunga secara drastis sebanyak 150 basis poin. Kemudian Amerika Serikat tercatat mengerek suku bunga yang lebih ekstrem mencapai 225 basis poin sejak awal 2022.

“Dalam empat dekade terakhir setiap kenaikan suku bunga Amerika akan mengakibatkan krisis di berbagai belahan dunia, khususnya Amerika Latin,” jelas Sri Mulyani.

Bank Sentral Eropa juga melakukan normalisasi tingkat bunganya. Sejak awal 2022, Eropa mengerek suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin.

Di negara berkembang seperti Brasil, misalnya, telah meningkatkan suku bunga 400 basis poin. Mexico meningkatkan  225 basis poin, dan India 140 basis poin. Kenaikan suku bunga ini merupakan respons terhadap tekanan yang kuat dari inflasi akibat melonjaknya harga komoditas serta pemberian stimulus selama 2020-2021 untuk menahan dampak dari krisis pandemi Covid-19.

“Risiko ekonomi bergeser. Dari pandemi menjadi risiko finansial melalui berbagai penyesuaian kebijakan dan inflasi yang tinggi,” kata Sri Mulyani. 

Sri Mulyani melanjutkan, kondisi ini akan menimbulkan dampak bagi pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia, ucap dia, memperkirakan jika bank sentral di seluruh dunia  melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, resesi global akan terjadi pada 2023.

Indonesia Akan Kuat Hadapi Resesi

Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), menyatakan bahwa prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik. Hal itu disampaikan usai Georgieva bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di sela-sela IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

“Indonesia tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang memburuk! Diskusi yang sangat baik dengan Menteri Keuangan,” kata Georgieva melalui akun Instagram resminya.

Pada Juli lalu, IMF telah memangkas proyeksi atau outlook pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 menjadi 2,7 persen dari sebelumnya yang diprediksi sebesar 2,9 persen. Padahal pada Januari 2022, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 3,8 persen.  

Penulis : Cyna Juni

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads