Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Kamis 28 Desember 2023

Muhammad Kemal Farezy Dec 28, 2023 0 Comments
Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Kamis 28 Desember 2023

Tangerang, BisnisPro.id – Rupiah berpotensi melanjutkan penguatan hari ini seiring proyeksi The Fed yang akan memulai pemangkasan suku bunga pada tahun 2024, menekan dolar AS.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi melanjutkan penguatannya pada hari Kamis (28/12/2023), sejalan dengan harapan investor terhadap rencana The Fed untuk memangkas suku bunga pada tahun 2024 mendatang. Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, memproyeksikan bahwa dalam perdagangan hari ini, nilai mata uang rupiah mungkin mengalami fluktuasi, tetapi diperkirakan akan ditutup menguat dalam kisaran Rp15.400 hingga Rp15.470 per dolar AS.

Pada hari Rabu (27/12/2023), rupiah ditutup mengalami kenaikan sebesar 0,35% atau 54 poin, berada pada posisi Rp15.430 terhadap dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,02%, mencapai posisi 101,120. Beberapa mata uang Asia lainnya terpantau bergerak dengan beragam. Yen Jepang turun 0,11%, dolar Hong Kong melemah 0,01%, peso Filipina melemah 0,53%, rupee India turun 0,16%, dan yuan China tergerus 0,01%.

Di sisi lain, mata uang yang menguat bersama rupiah antara lain dolar Singapura naik 0,10%, dolar Taiwan naik 0,36%, won Korea naik 0,02%, ringgit Malaysia menguat 0,09%, dan bath Thailand menguat 0,50%. Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pelaku pasar saat ini memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga antara tiga hingga lima kali pada tahun 2024, meskipun bank sentral tersebut hanya memberikan sedikit sinyal mengenai sejauh mana rencana penurunan suku bunga tersebut.

“Pejabat Fed juga baru-baru ini memperingatkan bahwa spekulasi penurunan suku bunga lebih awal tidak berdasar, terutama karena inflasi masih tetap stabil,” tulis Ibrahim dalam riset harian, pada Rabu (27/12/2023).

Selain itu, banyak analis memproyeksikan perlambatan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2024. Meski demikian, diperkirakan The Fed akan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa kesenjangan antara suku bunga The Fed dan realisasi inflasi tidak melebar terlalu jauh. Ibrahim menyatakan bahwa jika inflasi menurun lebih cepat daripada suku bunga acuan The Fed, hal ini dapat menyebabkan kondisi moneter menjadi lebih ketat daripada yang diharapkan oleh para pembuat kebijakan The Fed dan meningkatkan risiko terjadinya hard economic landing.

Untuk memahami kondisi ekonomi Tiongkok, pasar saat ini sedang memfokuskan perhatian pada data indeks manajer pembelian untuk bulan Desember, yang akan dirilis minggu depan. Hal ini terjadi setelah serangkaian laporan yang menunjukkan performa ekonomi yang lemah selama tiga bulan terakhir.

Sementara itu, di dalam negeri, pasar optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan menjadi lebih kuat pada tahun 2024, sekitar 5,2%, dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan tahun ini sebesar 5%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini diharapkan didukung oleh permintaan domestik yang kuat, sejalan dengan tingginya kepercayaan konsumen dan dorongan dari pengeluaran terkait Pemilu.

Tak hanya itu, perbaikan pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan akan didukung oleh pembangunan proyek strategis nasional, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN), serta pemulihan permintaan eksternal secara bertahap. Semua ini diharapkan dapat memberikan dukungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

“Seyogyanya, sinergi kebijakan yang kuat di antara  para pembuat kebijakan tetap harus dijaga untuk menjaga stabilitas dan mendukung kegiatan ekonomi,” lanjutnya. 

Selanjutnya, Bank Indonesia terus mengukuhkan bauran kebijakan ekonomi dengan peningkatan suku bunga kebijakan, pengelolaan volatilitas nilai tukar, dan peningkatan kedalaman pasar keuangan. Langkah-langkah ini, khususnya dalam menjaga ekspektasi inflasi dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah, mencerminkan komitmen BI untuk memastikan fondasi ekonomi yang kokoh.

Selain itu, BI terus melaksanakan kebijakan makroprudensial yang bersifat akomodatif dengan memperkuat Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) dan menurunkan persyaratan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk merangsang penyaluran kredit perbankan kepada dunia usaha.

Di sisi lain, pemerintah mencatat peningkatan penerimaan yang lebih baik sejalan dengan peningkatan belanja. Pemerintah juga tetap menjaga defisit fiskal pada tingkat yang rendah. Pelaksanaan awal paket reformasi perpajakan yang komprehensif, berdasarkan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), turut berkontribusi pada konsolidasi fiskal yang lebih cepat daripada proyeksi dalam dua tahun terakhir.

Pada pembukaan perdagangan, nilai tukar rupiah mengalami penguatan sebesar 47 poin pada pukul 09.05 WIB, atau sekitar 0,30%, mencapai Rp15.383 per dolar AS. Indeks dolar AS mengalami koreksi sebesar 0,18% ke level 100,80. Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang terus dipantau dengan cermat dalam konteks global.

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads