Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Rabu 9 November 2022

Muhammad Kemal Farezy Nov 9, 2022 0 Comments
Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Rabu 9 November 2022

Tangerang, BisnisPro.id – Pergerakan mata uang garuda, rupiah berhasil melakukan penguatan dalam dua hari beruntun melawan dominasi dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan selasa kemarin, turun menjadi Rp 15.700/US$. Beberapa data positif dari dalam negeri berhasil mengubah sentimen positif ke rupiah, diketahui juga pada ini dolar Amerika Serikat juga sedang digempur akibat ekspektasi menurunnya penguatan suku bunga The Federan Reserve (The Fed).

Rupiah pada kemarin menutup perdagangan di level Rp 15.695/US$, atau menguat 0,06% di pasar spot,berdasarkan data rilis Refinitiv. Peningkatan tersebut berpotensi akan berlanjut pada perdagangan Rabu (9/11/2022) hari ini.

Data positif pertumbuhan ekonomi Indonesia terbaru telah dirilis kemarin. Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2022 lalu sebesar 120,3 lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 117,2 IKK. Sebagai standar indikatornya berada pada angka 100 sebagai ambang batas antara zona optimis dan pesimis, jika angka berada diatasnya level 100 artinya optimis, semakin tinggi angka tersebut maka akan semakin positif.

Dominasi dolar Amerika Serikat nampaknya akan mengalami pelemahan pada akhir perdagangan pagi hari rabu (9/11/22), hal ini dikarenakan oleh imbal hasil obligasi negara Jerman dalam memperkuat euro, tetapi prediksi yang kuat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) pada minggu ini dapat merubah penurunan mata uang.

Pasar keuangan global saat ini sedang berfokus kepada pemilihan senat Amerika Serikat pada Selasa (8/11/2022) waktu setempat, efek politik tersebut diyakini mungkin akan membuat era pemerintahan yang terpecah di pusat pemerintahan di Washington yang bisa menggagalkan rencana pengeluaran dana sosial yang besar oleh kubu Demokrat.

Peningkatan terjaga dalam kondisi imbal hasil obligasi negara Jerman mengakibatkan melemahnya dolar Amerika Serikat di tengah prediksi pengetatan Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan terus terjadi, pemangkasan spread dengan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat, ungkap Marc Chandler, selaku analis pasar valuta asing di Bannockburn Global Forex.

“Saya mengesampingkan pemilu. Untuk kebijakan moneter dan fiskal, saya kira tidak ada banyak perbedaan,” kata Marc dikutip dari Antara.

“Apa yang saya fokuskan hari ini adalah langkah besar dalam obligasi Jerman dua tahun. Ini bukan tentang The Federal Reserve, ini tentang lebih banyak agresivitas dari ECB.”

Imbal hasil pada obligasi negara Jerman selama dua tahun naik terakhir menjadi 2,196%, peningkatan 25 basis poin pada pekan lalu. Data IHK yang bakal diumumkan pada Kamis (10/11/2022) esok hari, dengan para ekonom memperkirakan sedikit penurunan dalam angka inti bulanan dan tahunan masing-masing menjadi 0,5 persen dan 6,5 persen.

Inflasi yang mulai mereda mungkin tidak membuat pengetatan kebijakan The Fed mereda juga, sebagai bukti bahwa dana federal berjangka akan mencapai puncaknya pada 5,117% pada Juni 2023 nanti.

“Inflasi akan melambat lagi, tetapi sektor jasa-jasa mungkin tidak memberi kami cukup bantuan perkiraan,” Ungkap Ed Moya, selaku analis pasar senior di OANDA (OANDA adalah penyedia layanan finansial multi-disiplin dengan divisi trading CFD).

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads