Sri Mulyani : Indonesia Dinilai Cukup Kuat Hadapi Ancaman Resesi 2023

Muhammad Kemal Farezy Oct 20, 2022 0 Comments
Sri Mulyani : Indonesia Dinilai Cukup Kuat Hadapi Ancaman Resesi 2023

Tangerang, BisnisPro.id – Ada empat negara yang memiliki daya tahan cukup kuat dalam menghadapi ancaman resesi di 2023. “Keempatnya yakni Indonesia, India, Brazil, dan Meksiko,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani indrawati dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI (19/10/2022).

Menurut Sri Mulyani, ekonomi global tengah dihadapkan dengan kondisi yang kompleks akibat kenaikan harga komoditas, meningkatnya inflasi, hingga tren kenaikan suku bunga. Lembaga-lembaga internasional pun, tambah Sri, menurunkan proyeksi pertumbuhan di semua negara, termasuk negara maju.

“Emerging countries juga mengalami kondisi yang relatif tertekan, meskipun di dalam situasi saat ini negara seperti Indonesia, India, Brazil, Meksiko relatif dalam situasi yang cukup baik,” ujarnya.

Namun, Sri Mulyani mengingatkan, kondisi tersebut bukan berarti negara-negara emerging market itu tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi global. “Kondisi eksternal saat ini masih sangat bergejolak sehingga perlu untuk tetap diwaspadai, terutama oleh Indonesia,” jelas Sri Mulyani.

Meskipun Indonesia sampai dengan tahun 2022 dan 2023 masih diprediksikan tumbuh di atas 5 persen, menurut Sri, kita harus tahu bahwa faktor eksternal tetap sangat dominan. “Ini tentu akan mempengaruhi bagaimana kinerja ekonomi kita,” papar Sri Mulyani lagi.

Negara seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Inggris, dan China, menurut Sri Mulyani, akan sulit menghindari ancaman resesi. Kondisi inflasi yang direspons dengan kenaikan suku bunga acuan dan pengetatan likuiditas memicu pelemahan ekonomi AS dan Eropa.

Bahkan, Inggris dihadapkan dengan kondisi lonjakan inflasi dan krisis APBN yang guncangannya telah melemahkan perekonomian negara itu. Sementara, China mengalami pelemahan ekonomi  karena dampak global plus kebijakan Covid-19 yang membuat lockdown terus berlanjut.

Menurut Sri Mulyani, kondisi yang dipaparkannya ini berdasarkan outlook ekonomi global, yang oleh lembaga-lembaga internasional diproyeksi melambat menjadi di kisaran 2,3 persen – 2,9 persen. “Revisinya cukup tajam di hampir semua negara, Amerika Serikat menurun tajam di 2022 dan 2023,  sekarang resesi bukan hal yang tidak mungkin terjadi di sana,” kata Sri Mulyani.

Optimisme yang mencuat dari paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengacu kepada apa yang disampaikan oleh IMF dan Bank Dunia (Wolrld Bank) yang memberikan gambaran bahwa kondisi perekonomian dunia akan kelam dan muram pada 2023. “Meski IMF, World Bank menggunakan kata-kata dark atau muram untuk 2023. Namun Indonesia dianggap sebagai the bright spot dalam situasi kondisi dunia yang semakin memburuk,” ujarnya Sri Mulyani.

Dalam laporan regional terbaru ‘Asia Sails Into Headwinds From Rate Hikes, War, and China Slowdown’, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) meyakini ekonomi Asia akan cukup kuat mengahadapi pelemahan ekonomi global.  Asia pada tahun ini memang mengalami tantangan berat mulai dari kenaikan suku bunga, perang antara Rusia dan Ukraina, plus melemahnya aktivitas ekonomi China. Meskipun negitu, IMF menyebut tetap ada ‘titik terang’ pada wilayah ini di tengah gelapnya ekonomi global.

“Asia tetap menjadi titik terang relatif dalam ekonomi global yang semakin meredup,” tulis IMF dalam laporan itu.

5 Alasan Ekonomi Indonesia Cukup Kuat

Dalam paparannya, Sri setidaknya menyebutkan lima alasan Indonesia menjadi salah satu titik terang atau the bright spot. Pertama, terjaganya pertumbuhan ekonomi yang sehat di atas 5 persen dan level output ekonomi (PDB riil) yang berada di atas pra-pandemi.

Kedua, karena topangan permintaan domestik yang masih kuat, sehingga bisa menjadi motor pertumbuhan dan pemulihan. Selain itu, laju inflasi Indonesia masih moderat di antara negara pembanding lainnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mencapai 5,44 persen (year on year) di kuartal kedua 2022, sedangkan tingkat inflasi per September 2022 tercatat sebesar 5,9 persen.

Alasan ketiga adalah daya dukung sisi eksternal yang sehat, tercermin dari kinerja transaksi berjalan dan neraca perdagangan yang surplus. Angka pengangguran dan kemiskinan juga mengalami penurunan.

Keempat, implementasi kebijakan fiskal pemerintah yang prudent dan produktif, plus konsolidasi fiskal untuk kesinambungan fiskal. Yang kelima, terus berlanjutnya reformasi di sektor keuangan seperti upaya pendalaman pasar dan penguatan stabilitas.

Menurut Sri Mulyani, kinerja positif itu sekaligus membuktikan capaian dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjaga perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global.

Namun, ia mengingatkan, meski ekonominya cukup cerah, Indonesia harus tetap waspada. Karena, ketidakpastian global masih sangat tinggi dan akan berlanjut hingga tahun depan.

“Kita harus tetap waspada karena bright spot ini harus kita jaga bersama,” tutup dia.

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads