Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Kamis 16 Februari 2023

Muhammad Kemal Farezy Feb 16, 2023 0 Comments
Rupiah Versus Dolar AS Hari Ini, Kamis 16 Februari 2023

Tangerang, BisnisPro.id – Keperkasaan mata uang garuda, rupiah diproyeksikan masih tertekan dolar Amerika Serikat akibat tingginya inflasi Amerika Serikat membuka peluang kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) lanjutan. Di sisi lain, investor memantau data ekonomi domestik seperti neraca perdagangan hasil rapat Bank Indonesia (BI).

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp15.190 – Rp15.240 per dolar Amerika Serikat pada Kamis (16/2/2023) Mengutip data Bloomberg, Rabu (15/2/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,26 persen atau 39,5 poin ke Rp15.206 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,36 persen ke 103,60. 

Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga melemah, seperti yen Jepang melemah 0,14%, dolar Taiwan melemah 0,35%, won Korea Selatan melemah paling dalam 1,03%, peso Filipina melemah 0,59%, dan yuan China melemah 0,25%. 

Ibrahim menilai dolar Amerika Serikat mendapat dukungan di Asia setelah inflasi Amerika Serikat yang sangat tinggi, menunjukkan suku bunga akan tetap tinggi lebih lama dari yang diharapkan investor. Indeks harga konsumen Amerika Serikat naik 0,5% menjadi 6.4% pada Januari 2023, sebagian besar karena biaya sewa dan makanan yang lebih tinggi. Itu sejalan dengan perkiraan, meskipun secara tahunan sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan dan menyebabkan perkiraan penurunan suku bunga menjelang akhir 2023 kemungkinan dibatalkan.

Pada Desember 2022, proyeksi anggota dewan The Fed adalah puncak suku bunga sebesar 5,1 persen tahun ini, tetapi pelaku pasar memperkirakan suku bunga akan mencapai puncak di atas 5,2%. 

“Angka penjualan ritel Amerika Serikat juga akan dirilis dan akan mengukur bagaimana konsumen Amerika Serikat menanggung 450 basis poin kenaikan suku bunga The Fed tahun lalu,” jelasnya dalam riset, Rabu (15/2/2023).  Dari sisi domestik, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada Januari 2023 mengalami surplus sebesar US$3,87 miliar atau setara dengan Rp58,9 triliun pada Januari 2023.

Nilai ekspor Indonesia Januari 2023 mencapai US$22,31 miliar atau turun 6,36% dibanding ekspor Desember 2022.  Dibanding Januari 2022 nilai ekspor naik sebesar 16,37%, sedangkan nilai impor Indonesia Januari 2023 mencapai US$18,44 miliar, turun 7,15% dibandingkan Desember 2022 atau naik 1,27% dibandingkan Januari 2022. NPI surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Namun, surplus neraca perdagangan Januari 2023 turun tipis dibandingkan dengan Desember 2023 yang mencapai US$3,89 miliar. Meski demikian, angka surplus itu lebih tinggi dibandingkan prediksi pelaku pasar yang memperkirakan sebesar US$ 3,35 miliar. Selain itu, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal keempat 2022 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal keempat 2022 tercatat sebesar US$396,8 miliar. 

Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ULN Indonesia pada kuartal IV/2022 secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 4,1 persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 6,7 persen (yoy). Sementara itu, surplus neraca perdagangan Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) disebut dapat menjadi sentimen penguatan rupiah dalam jangka. Namun, pelaku pasar juga perlu mewaspadai agresivitas moneter Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed. 

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan neraca perdagangan yang surplus menjadi tanda bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih cukup bagus untuk saat ini dan dapat menjadi penopang penguatan rupiah ke depan. 

“Data-data ekonomi Indonesia belakangan memang menunjukan kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup bagus, termasuk data neraca perdagangan ini yang masih tetap surplus,” katanya kepada Bisnis, Rabu (15/2/2023). 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mecetak surplus US$3,9 miliar. Capaian tersebut naik tipis dibandingkan dengan surplus bulanan pada Desember 2022 sebesar US$3,89 miliar.  Adapun, realisasi kinerja ekspor dan impor Januari 2023 merupakan surplus beruntun dalam 33 bulan terakhir.

“Kondisi ekonomi yang membaik ini bisa menopang penguatan rupiah,” lanjut Ariston. 

Namun demikian, kata Ariston, secara historis, pergerakan rupiah sangat dipengaruhi oleh sentimen dari luar. Ekspektasi terhadap lanjutan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat memberikan tekanan ke rupiah. Data ekonomi Amerika Serikat yang juga menunjukan kondisi ekonomi yang masih bagus memberikan ruang bagi Bank Sentral Amerika Serikat untuk menaikan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi Amerika Serikat yang masih jauh di atas target 2%.

“Dalam jangka pendek tidak, tapi jangka menengah akan menopang penguatan rupiah kalau sentimen luar mereda,” imbuhnya.

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat melaporkan Selasa (14/2/2023) bahwa indeks harga konsumen AS, ukuran utama inflasi, naik 0,5% pada Januari dalam basis bulanan (mom), kenaikan terbesar dalam tiga bulan dan lebih tinggi dari 0,4% yang diharapkan oleh para ekonom. Tingkat inflasi tahunan mencapai 6,4% pada Januari, turun sedikit dari 6,5% pada Desember dan lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar 6,2%.

Terakhir pantauan pada pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 2,5 poin atau 0,02% menjadi Rp15.203,5 per dolar Amerika Serikat. Indeks dolar Amerika Serikat turun 0,23% ke level 103,689.

Leave a Reply

Leave a facebook comment

Kurs Hari Ini

Update Covid-19 Hari Ini

Banner Ads